Bagi guru yang baru mengajar di satuan pendidikan, harapannya adalah bisa masuk dapodik agar bisa masuk data nasional.
Cara agar guru terdata di dapodik negeri dan swasta tidak sama.
Syarat utama untuk bisa masuk di dapodik negeri yaitu mempunyai SK pengangkatan ASN baik PNS maupun PPPK. Sedangkan Bagi GTT/honorer sekolah negeri harus punya SK Pengangkatan GTT dari Bupati/Kepala Daerah.
Bawa SK tersebut ke dinas pendidikan setempat. Admin dinas pendidikan akan memasukkan data guru ke aplikasi yang nantinya operator sekolah akan menarik data tersebut.
Sedangkan untuk bisa masuk ke dapodik swasta, guru harus mempunyai SK dari yayasan yang berbunyi pengangkatan guru di sekolah di bawah naungan yayasan tersebut.
Sama seperti mendaftar dapodik untuk sekolah negeri, SK dari yayasan tersebut dibawa ke dinas pendidikan untuk dilakukan input.
Mengapa Ujian Nasional perlu dilaksanakan kembali?
Pendapat ini muncul saat pemerintahan baru Presiden Prabowo mulai berjalan. Kementrian pendidikan yang kali ini dibawahi Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed. mendapat tantangan untuk mengadakan Ujian Nasional kembali.
Kasak kusuk keluar dari sebagian guru menginginkan Ujian Nasional kembali dilaksanakan. Mereka beralasan banyak hal negatif selama UN tidak dilaksanakan.
Menurut para guru yang pro UN, beranggapan tanpa adanya UN arah pendidikan menjadi tidak jelas. Tidak ada persaingan untuk menjadi yang terbaik antar siswa dalam hal akademis.
Tanpa adanya UN, siswa terlihat mengentengkan sekolah. Masuk tidak masuk sekolah, bisa tidak bisa menguasai pelajaran, akhirnya bisa lulus.
UN bisa menjadi tolak ukur standar kemampuan siswa selama belajar di tingkat satuan pendidikan. Dengan tidak memenuhi tolak ukur ini, aktifitas pendidikan di sekolah perlu dipertanyakan.
Dalam aktivitas ke-9 ini peserta PPG diminta untuk membuat sebuah aksi nyata merancang kegiatan pembelajaran dengan prinsip UbD.
Apa itu pembelajaran dengan prinsip UbD?
Pembelajaran dengan prinsip UbD adalah pembelajaran yang menggunakan tiga prinsip yakni menentukan tujuan pembelajaran, menentukan asesmen, dan menyusun aktivitas pembelajaran.
Dalam aktivitas 9 ini juga disertakan referensi terkait media pembelajaran yang dapat membantu ide-ide proses pembelajaran.
Selamat berjumpa lagi dengan seri pembahasan aktivitas modul 1 topik 1 Menerapkan Prinsip UbD pada Pembelajaran. Kali ini kita akan membahas isi dari aktivitas 8 tentan merancang asesmen pembelajaran.
Aktivitas 8 ini berisi sebuah video pemaparan tentang cara merancang asesmen pembelajaran.
Rangkuman isi video adalah sebagai berikut:
Kesimpulan yang diperlu dilakukan saat merancang asesmen pembelajaran?
Pertama, menentukan tujuan pembelajaran yang mau diukur.
Kedua, menjabarkan apa yang menjadi indikator pencapaian kompetensi.
Ketiga, menentukan alat ukur yang relevan.
Keempat, menyiapkan alat ukur.
Kelima, jika alat ukur berupa rubrik, uraikan indikator menjadi beberapa tingkat capaian.
Uraian
Tujuan pembelajaran di dalam video mengambil contoh pembelajaran seni. Siswa pada akhir pembelajaran diharapkan mampu mempresentasikan solusi dari isu dan kondisi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar.
Indikator pembelajaran yang ingin dicapai antara lain murid mampu melakukan proses empati, proses definisi dan proses ideasi.
Selanjutnya indikator tersebut diurai menjadi beberapa tingkatan, seperti mahir, cakap, layak, dan berkembang.
Lalu kita tentukan seperti apa penilaian untuk masing-masing tingkat capaian.
Tahapan penilaian proses empati bisa diurai seperti berikut ini:
1. pengamatan terhadap sekitar.
2. mengidentifikasi perasaan pengguna terkait isu yang dialami.
3. mencoba atau ikut mengalami isu yang dipilih.
4. merumuskan perasaan pribadi atau kelompok setelah mengalami isu yang dipilih.
Mahir jika melakukan seluruh proses empati, cakap jika melakukan tiga proses empati, layak jika melakukan dua proses empati, dan berkembang jika hanya melakukan satu proses empati.
Selanjutnya pada tahapan penilaian proses definisi dan proses ideasi, langkahnya sama seperti pada penilaian proses empati.
Pada penilaian ini penugasan dilakukan secara berkelompok. Maka guru juga melakukan penilaian refleksi kelompok yang caranya sama dengan tahapan penilaian proses empati, definisi dan ideasi.
Tingkat capaian yang sudah dibuat bisa ditampilkan dalam satu tabel yang utuh. Jika membutuhkan nilai angka kuantitatif, guru bisa membuat rentang nilai yang sesuai.
Ini adalah lanjutan dari seri aktivitas yang terdapat dalam modul 1 topik 1 tentang menerapkan prinsip UbD dalam pembelajaran. Kali ini kita akan membahas tentang format asesmen.
Dalam aktivitas 7 ini kita disajikan sebuah video tentang penjelasan format asesmen. Isinya sebagai berikut.
Siswa tidak hanya diarahkan menghafal dalam proses pembelajaran. Akan tetapi lebih diarahkan lebih mendalam seperti merenungkan, menganalisis, merefleksikan, dan menghubungkan pengetahuan dengan fenomena sekitar.
Ada dua jenis format asesmen yakni asesmen tradisional dan asesmen alternatif.
Asesmen tradisional
Asesmen tradisional merupakan format tradisional yang paling umum digunakan seperti tes pilihan ganda, tes benar salah, tes isian pendek dan tes esai.
Kelemahan asesmen tradisional adalah terbatas dalam menerjemahkan ketercapaian kompetensi pada capaian pembelajaran murid yaitu hanya sebatas pada pengetahuan saat itu juga.
Tes benar salah, tes isian pendek dan pilihan ganda belum bisa dipastikan mengidentifikasi kemampuan murid. Bisa jadi murid tersebut hanya kebetulan saja.
Tes benar salah, tes isian pendek, dan pilihan ganda cocok untuk mengulas pemahaman murid terkait materi yang diajarkan dengan cepat. Tetapi kurang tepat mengukur pemahaman secara mendalam.
Agar lebih optimal tes tersebut bisa dibuat lebih panjang dan berbentuk tes yang bersifat analitik.
Sedangkan tes esai panjang bisa lebih optimal melihat kemajuan kompetensi murid dalam menganalisis, melihat keterkaitan dan refleksi murid.
Asesmen alternatif
Asesmen alternatif bisa mengakomodir kelemahan yang terjadi jika melakukan asesmen tradisional.
Asesmen alternatif yang bisa digunakan guru yaitu tes menggunakan pertanyaan terbuka, bermain peran, demonstrasi, praktik langsung, proyek, dan portofolio.
Dalam implementasi asesmen alternatif proses belajar dilihat berbagai sisi bukan hanya pengetahuan semata.
Penerapan asesmen alternatif menuntut komitmen dalam mengevaluasi ketercapaian kompetensi pada capaian pembelajaran setiap murid.
Artikel ini adalah ulasan aktivitas 6 dari modul 1 topik 1 yang berisi pemaparan tentang metode asesmen pembelajaran.
Pemaparan tentang metode asesmen pembelajaran ini disampaikan dalam sebuah video singkat. Isinya sebagai berikut.
Video diawali sebuah narasi dua siswa yang dilakukan tes dengan hasil berbeda. Dimana siswa A lebih tinggi nilainya daripada siswa B. Namun manakala diminta membuat sebuah produk siswa B lebih terampil daripada siswa A.
Asesmen harus dirancang secara adil, proporsional, valid dan dapat dipercaya (reliable) untuk menjelaskan kemajuan dan menentukan langkah selanjutnya.
Guru menentukan asesmen tidak hanya pada hasil saja namun juga pada proses pembelajaran.
Ada tiga pendekatan asesmen yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan yakni asesmen diagnostik, asesmen formatif dan asesmen sumatif.
Asesmen Diagnostik
Asesmen diagnostik dilaksanakan diawal pembelajaran atau memasuki topik baru untuk mengetahui kapasitas murid di kelas.
Asesmen Formatif
Asesmen formatif dilaksanakan pada saat proses pembelajaran. Asesmen formatif lebih terintegrasi dengan pembelajaran yang lebih mampu melibatkan dan melihat kemampuan murid secara lebih mendalam. Misalnya melalui penilaian diri, penilaian antar teman dan refleksi meta kognitif.
Asesmen Sumatif
Asesmen sumatif dilaksanakan di akhir suatu pembelajaran sebagai konfirmasi ketercapaian hasil belajar.
Dalam pelaksanaan asesmen diagnostik, formatif dan sumatif, guru bisa menggunakan teknik asesmen yang umum, yaitu teknik asesmen observasi, performa dan tes tulis/lisan.
Teknik Asesmen Observasi
Guru menggunakan teknik ini dengan cara mengamati murid secara berkala dalam kurun waktu tertentu baik secara keseluruhan maupun individu. Observasi bisa dilakukan dalam kegiatan harian/tugas rutin.
Teknik Asesmen Performa
Guru menggunakan teknik ini dengan memberi kebebasan kepada murid untuk menunjukkan kemampuan dengan praktik, produk, portofolio, maupun projek.
Teknik Tes Tertulis/Lisan
Guru menggunakan teknik ini untuk menguji pengetahuan dan level pemahaman murid.
Untuk melakukan asesmen diperlukan instrumen seperti instrumen rubrik, instrumen ceklis, instrumen catatan anekdotal, dan instrumen lembar pengamatan.
Instrumen rubrik
Sebuah panduan yang dibuat untuk menilai dan mengevaluasi kualitas capaian murid dengan menggunakan kriteria dan skor tertentu.
Instrumen ceklis
Berupa daftar informasi, ciri-ciri, karakteristik, atau elemen yang dituju.
Instrumen catatan anekdotal
Catatan singkat hasil observasi pada murid. Catatan difokuskan pada performa dan perilaku murid yang penting disertai dengan latar belakang kejadian dan hasil analisis dari observasi yang dilakukan.
Instrumen Lembar Pengamatan
Berisi catatan perkembangan kompetensi murid dalam sebuah mata pelajaran tertentu.
Pada aktivitas 5 modul 1 topik 1 kita akan mempelajari tentang asesmen pembelajaran. Aktivitas ini berisi sebuah video singkat berisi paparan. Paparan tersebut disampaikan Dr. Drs. Rachmadi Widdiharto, M.A.
Kami akan mengulas isi video tersebut secara singkat dan jelas. Simak ulasannya berikut ini.
Ada dua asesmen yaitu asesmen formatif dan asesmen sumatif.
Asesmen formatif
Asesmen formatif adalah asesmen yang dilakukan selama proses pembelajaran.
Fungsi asesmen formatif antara lain:
mendiagnosis kemampuan awal dan kebutuhan belajar siswa.
umpan balik bagi guru dan murid untuk memperbaiki pembelajaran.
mendiagnosis pemahaman dalam aktivitas pembelajaran di kelas
memacu perubahan suasana kelas
Asesmen secara fungsinya dibagi menjadi tiga yakni asesmen as, asesmen for, dan asesmen of.
Asesmen as learning
Asesmen as learning artinya asesmen sebagai proses pembelajaran. Asesmen ini dilakukan untuk melakukan refleksi dalam proses pembelajaran.
Asesmen as learning berfungsi sebagai asesmen formatif. Pembelajar diberi pengalaman untuk menilai dirinya sendiri maupun temannya.
Dalam asesmen as learning murid diberi hak untuk menentukan prosedur, kriteria, dan rubrik pedoman asesmen.
Asesmen diri dan asesmen antar teman juga berfungsi sebagai refleksi diri bagi murid.
Fungsi asesmen formatif antara lain:
mendiagnosis kemampuan awal dan kebutuhan belajar siswa.
umpan balik bagi guru dan murid untuk memperbaiki pembelajaran.
mendiagnosis pemahaman dalam aktivitas pembelajaran di kelas
memacu perubahan suasana kelas
Asesmen for learning
Asesmen ini digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran. Asesmen for learning juga berfungsi sebagi asesmen formatif.
Murid mendapatkan umpan balik untuk mendapat perbaikan. Guru juga mendapat umpan balik untuk memperbaiki cara mengajar atau memfasilitasi pembelajaran.
Asesmen of learning
Asesmen dilakukan pada akhir pembelajaran. Fungsinya sebagai asesmen sumatif yaitu mengevaluasi pembelajaran.
Asesmen sumatif
Asesmen sumatif bisa diberikan pada akhir pembelajaran suatu lingkup materi atau pada akhir semester.
Fungsi dari sumatif adalah mengetahui hasil pencapaian murid pada periode tertentu, mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan kriteria capaian yang telah ditetapkan, umpan balik untuk merancang/memperbaiki proses pembelajaran berikutnya, melihat kekuatan dan kelemahan belajar murid.
Pilihan asesmen sumatif bisa bervariasi seperti praktik, produk, projek, maupun tes tertulis.
Dokumentasinya juga bisa bervariasi bisa berupa portofolio, rubrik dan juga nilai hasil tes berupa angka.
Video
Satuan pendidikan bisa melakukan asesmen sumatif pada akhir semester jika merasa perlu untuk mengkonfirmasi capaian belajar untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. Jadi, asesmen sumatif merupakan pilihan.