Saya mendengar berita ini melalui radio prosalina pagi ini di mobil saat berangkat kerja. Berita ini disampaikan setelah rapat dengar pendapat antara DPRD Jember dengan Hendy Siswanto, Bupati Jember.
Menurut anggota dewan, hasil uang masuk dari parkir dari juru parkir (jukir) berbeda jauh dengan asumsi pendapatan dari parkir kendaraan bermotor di kota Jember.
Mereka mencurigai adanya kebocoran di hulu alias jukir bermain dengan pendapatan. Setoran tidak sesuai dengan pendapatan sebenarnya.
Bupati Hendy menyampaikan lebih lanjut, jika anggota dewan merasa pendapatan dari parkir tidak sesuai dengan kenyataan di halaman, dia meminta anggota dewan juga ikut audit.
Sepengamatan saya sistem penarikan parkir di Jember telah berubah beberapa kali. Pernah menggunakan parkir berlangganan yang ditarik satu kali saat pembayaran pajak kendaraan bermotor.
Kebijakan ini dikritik karena sebagian masyarakat yang jarang parkir di kota merasa keberatan jika dibebani parkir berlangganan.
Akhirnya kebijakan diganti dengan menggunakan karcis yang diberikan oleh tukang parkir dengan menaikkan tarifnya. Sistem ini sama dengan sistem yang diberlakukan sebelum parkir berlangganan diberlakukan.
Namun pendapatan dari parkir berlangganan ini dirasa tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Setoran lebih sedikit daripada yang didapat menurut anggota dewan.
Kalau pengalaman saya, selama parkir di kawasan kota, ada juru parkir yang memberikan karcis parkir, ada yang tidak.
Tapi apakah kebocoran ini pada tingkat juru parkir yang curang? Ini perlu investigasi lebih lanjut.
Menurut salah satu pemerhati Prosalina, ada kemungkinan kebocoran di tingkat juru parkir, tapi bisa juga kebocoran ini di bagian atasan juru parkir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar