Kontrol guru dalam pembelajaran berguna untuk memposisikan guru sebagai kontrol dalam proses pembelajaran.
Menurut Dianne Gossen, Ada 5 posisi kontrol guru dalam proses pembelajaran, yaitu posisi penghukum, pemberi rasa bersalah, teman, pemantau dan manajer.
Berikut ini akan dijelaskan maksud dari masing-masing posisi kontrol dan contohnya dalam proses pembelajaran.
Posisi penghukum
Pada posisi penghukum, guru berusaha mengontrol proses pembelajaran dengan cara menyakiti baik dengan verbal maupun non verbal.
Contoh seorang siswa tidak mengerjakan PR kemudian dihardik, ditunjuk-tunjuk, bahkan diberi hukuman fisik.
Posisi penghukum tidak memberikan motivasi secara instrinsik bagi peserta didik. Justru menimbulkan rasa dendam dan rendah diri.
Posisi pemberi rasa bersalah
Pada posisi pemberi rasa bersalah, guru berusaha mengontrol proses pembelajaran dengan cara membebani rasa bersalah kepada peserta didik.
Contoh seorang siswa tidak mengerjakan PR, guru menegur dengan mengungkapkan rasa kecewa dan sedih karena siswa tersebut tidak mengerjakan PR.
Posisi ini tidak memberi motivasi secara instrinsik malah justru menimbulkan rasa rendah diri dan sakit hati.
Posisi sebagai teman
Pada posisi sebagai teman, guru bertindak menjadi teman bagi peserta didik. Guru berusaha mengontrol layaknya teman.
Contoh seorang siswa yang datang terlambat, guru menanyakan mengapa terlambat tanpa menghardik. Kemudian meminta agar tidak datang terlambat lagi.
Posisi ini juga dianggap lemah dan tidak menimbulkan motivasi instrinsik. Jika suatu saat siswa melakukan kesalahan kemudian guru menegur dengan lebih keras maka akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi siswa tersebut.
Posisi sebagai teman juga membuat siswa menjadi kurang mandiri. Dia akan beranggapan bahwa setiap kesalahan atau kekurangan akan dibantu oleh guru tersebut.
Posisi sebagai pemantau
Guru sebagai pemantau artinya guru mengawasi kegiatan pembelajaran peserta didik. Mengawasi disini adalah berdasarkan peraturan-peraturan dan konsekuensi yang disepakati.
Contoh seorang guru meminta siswa mengerjakan tugas, apabila selesai dengan baik maka siswa mendapat reward.
Hal ini cukup baik karena meningkatkan perilaku dengan motivasi eksternal.
Namun bagaimana jika guru lain tidak melakukannya? atau di tingkat kelas selanjutnya tidak ada reward?
Tentu saja perilaku siswa tersebut tidak dijamin akan membaik karena tidak ada motivasi eksternal yang serupa.
Posisi sebagai manajer
Guru sebagai manajer mendorong siswa melakukan restitusi dan mendorong siswa menemukan motivasi internal.
Contoh seorang siswa lupa tidak mengerjakan PR. Guru menanyakan mengapa lupa. Selain menanyakan alasan, guru juga mengajak berdiskusi siswa menemukan cara supaya tidak lupa serta menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar