Kamis, 30 April 2015

Pendidikan dalam Pandangan Filsafat Rekonstruksionisme (Bagian 3)

| Kamis, 30 April 2015
Kata rekonstruksionisme mempunyai akar kata dari bahasa inggris, yaitu “recontract ” yang berarti menyusun kembali. Artinya melakukan perombakan dan penyusunan kembali pola-pola lama menjadi pola-pola baru yang lebih modern. Secara historis, lahirnya rekonstruksionisme sebagai sebuah sistem pendidikan berawal dari terbitnya buku John Dewey pada tahun 1920, yang berjudul reconstruction in philosophy. Buku ini lalu dijadikan gerakan oleh George Counts dan Harold Rugg pada tahun 1930-an melalui keinginan mereka untuk menjadikanlembaga pendidikan sebagai sebuah media rekonstruksi terhadap masyarakat. Jadi makna rekonstruksionisme adalah sebuah aliran filsafat pendidikan modern yang muncul di barat. Dan untuk lebih spesifiknya, nanti peneliti akan membahasnya lebih detail pada bab selanjutnya.

Ada juga yang memaknai rekonstruksionisme sebagai sebuah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.Seperti yang telah dinyatakan oleh Caroline Pratt (1948), seorang rekonstruksionis sosial yang berpengaruh pada periode itu : “nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia-manusia yang dapat berpikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Dimana sekolah/lembaga pendidikan tersebut tidak hanya harus menstransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus berusahan merekonstruksii-nya seoptimal mungkin. Sehingga, menimbulkan suatu perubahan cara berfikir yang lebih efektif dan cara kerja yang konstruktif yang secara signifikan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dari sebelumnya atau mungkin juga lebih baik dari sekarang. I always remember, today have to be more either from yesterday. Tomorrow have to be more either from today”.

Kehadiran aliran rekonstruksionisme dalam pendidikan didorong adanya tuntutan yang menghendaki agar sekolah berperan mengambil bagian dalam membangun masyarakat masa depan. Hal ini dikarenakan masyarakat mengalami kebimbangan, ketakutan dan kebingungan dalam menghadapi perkembangan zaman. Rekonstruksionisme ini untuk pertama kali dikemukakan oleh Brameld dan Brubaeker yang mengkaji tentang ide pokok rekontruksionisme. Tokoh lain yang mempelopori aliran ini diantaranya adalah George S. Couts .

Langkah awal yang diambil oleh aliran rekonstruksionisme dalam pendidikan yaitu dengan mengadakan Persahabatan Pendidikan Amerika. Prinsip – prinsip yang menjadi landasan kerja yaitu:
  1. Memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada setiap anak, tanpa membedakan ras, kepercayaan / latar belakang ekonomi.
  2. Memberikan pendidikan tinggi latihan akademik, professional, dan teknikal kepada setiap mahasiswa untuk dapat menyerap dan menggunakan ilmu dan teknologi yang diajarkannya.
  3. Membuat sekolah – sekolah Amerika menjadi berperan sangat penting sebagai satu bagian dari kehidupan nasional kita yang akan menarik bagian karena para gurunya adalah laki – laki dan perempuan dari zaman kita yang sangat bersemangat.
  4. Menyusun sebuah program pemuda untuk anak – anak muda yang berusia 17 sampai dengan 23 tahun untuk membawa mereka dan sekolah aktif menuju pada partisipasi dalam masyarakat orang dewasa. 
  5. Mengusahakan penggunaan penuh dari perlengkapan sekolah untuk pertemuan–pertemuan pemuda, kegiatan–kegiatan masyarakat, pendidikan orang dewasa.
  6. Bekerja sama penuh dengan semua lembaga masyarakat dan lembaga sosial menuju sebuah masyarakat demokratis yang sesunggunya
  7. Terus memperluas penelitian dan eksperimentasi pendidikan. Mengajak pemimpin masyarakat untuk menjadikan pendidikan sebagai sarana dari masyarakat menjadi bagian dari sekolah.Langkah berikutnya adalah mengenai kurikulum–kurikulum rekonstruksionisme lebih memusatkan perhatiannya pada problema–problema yang dihadapi masyarakat. Aliran rekonstruksionisme melihat kurikulum sebagai alat untuk mempengaruhi perubahan sosial dan masyarakat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat.

Penulis: Jeeny Rahmayana, M.Pd.I., Ketua Prodi dan Dosen Institut Agama Islam (IAI) Tafaqquh Fiddin Dumai-Riau

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar