Soal Ujian Nasional (UN) bocor setiap tahunnya sudah bukan hal baru. Sudah menjadi tradisi. Sulit dimimalisir.
Walaupun berbagai macam cara dilakukan untuk meminimalisir kecurangan. Tetap saja malingnya lebih pintar.
Saya tidak menduga-duga atau berburuk sangka terhadap para guru pemberi bocoran. Cuma saya mengalami sendiri menjadi tim sukses. Ini terjadi ketika saya masih menjadi guru di salah satu sekolah swasta di pelosok Bondowoso.
Apa alasan saya "membantu" murid-murid? Tentu saja bukan karena hati nurani. Tapi karena kepala sekolah yang memaksa. Alasan dia, jika sampai ada yg tidak lulus maka hancurlah sekolah itu.
Selama 3 tahun saya ikut lingkaran syetan. Maksudnya? Saya mengajari mereka berbuat jujur dan usaha mandiri di setiap pembelajaran. Namun dirusak saat UN.
Memasuki tahun ke-4. Saya mulai mencari alasan untuk tidak ikut campur. Pada hari UN saya alasan ada acara ini dan itu.
Saya merasakan kebebasan saat memutuskan untuk keluar dari sekolah itu.
Ternyata sekolah sekarang tak banyak yang butuh tim sukses. Nilai kelulusan sudah tak tergantung lagi nilai UN. Tapi hasi akumulasi nilai sekolah.
Kini sekolah-sekolah bermain-main dengan nilai sekolah. Ada score booster. Nilai sekolah tinggi untuk menutupi nilai UN yang rendah. Maka jangan heran nilai 1,2 ujian nasional masih bisa lulus.
Kalo yang saya alami sih bocoran UN itu bisa beli di oknum yg memang berkecimpung di bidang itu dan bukan guru.
BalasHapus