Setiap insan pendidikan pasti tidak asing dengan yang namanya LKS (Lembar Kerja Siswa). Sebuah buku yang berisi kutipan, ringkasan, dan saduran materi pelajaran.
Banyak sekolah menggunakan buku LKS baik sebagai buku pendamping selain buku diktat, bahkan ada yang menjadikannya buku pedoman.
Sekolah mempertimbangkan menggunakan buku LKS adalah karena harganya murah, mendapat pemasukan dana, dan sebagai buku pegangan alternatif karena biaya buku diktat yang mahal.
Jika pihak pengelola pendidikan mau menelusuri keberadaan buku LKS, maka akan ditemui beberapa kelemahan. Kelemahan ini bisa membuat proses belajar mengajar terhambat.
Buku LKS kurang atraktif
Buku LKS yang ada rata-rata dicetak di kertas buram. Cetakan tidak berwarna. Terlihat membosankan. Bahkan beberapa gambar yang ada tidak jelas terpampang.
Buku LKS tidak memberikan materi secara rinci
Buku LKS masih terkesan sebagai buku asal comot. Niatnya meringkas, tapi banyak materi yang tak ditemui dalam LKS padahal materi tersebut adalah materi wajib.
Buku LKS tidak menggunakan hirarki pembelajaran
Sering ditemui dalam buku LKS urutan pembelajaran yang serampangan dan tidak nyambung dalam satu unit pembelajaran. Misalnya dalam pelajaran Bahasa Inggris materi Prohibition tiba-tiba muncul tugas meminta dan memberi informasi tentang jam.
Apakah kelemahan ini berdosa? Masalah dosa adalah urusan dengan Tuhan. Tapi, membuat pembelajar terlihat bodoh dan bosan adalah kesalahan dalam proses pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar