Tit...Tit...Tittt... Fartoh kaget. Dengan mata yang sedikit berat ia membuka sms yang baru masuk ke hapenya.
"Toh, tulung ambilkan sepatuku di bawah ranjang mu. Bawain ke kamarku."
Fartoh heran, ngapain Suleh ngirim sms tengah malem gini. Mana masih jam dua belas lewat dikit Huh! Fartoh ngomel dalam hati.
Di luar sayup-sayup terdengar orang-orang rame berjalan di koridor. Nampaknya terjadi sesuatu di luar sana.
Kepalanya melongok ke kolong ranjang mencari sepatu Suleh. Sepatu kulit yang biasanya untuk maen Opera tiap malam memang tergeletak disitu.
Fartoh berdiri dan menggerakkan tangannya. Dia tidak habis pikir kenapa Suleh minta sepatu malem-malem. Padahal syuting masih besok siang.
Lelaki berperawakan jangkung itu membungkuk mengambil sepatu warna coklat Suleh. Lalu dia bergerak melangkah menuju pintu.
Sebelum tangannya bergerak memutar gagang pintu, terdengar raungan sirene ambulan menjauh dari pelataran hotel.
Klek...klek... Pintu terbuka.
Farto kaget karena di depan pintu Ajik dan Ningnung sedang terduduk lesu. Ningnung malah menangis sesenggukan dalam pelukan Ajik.
"Hei, ada apa?", Fartoh mendekat kepada kedua orang itu.
Ajik yang matanya nampak merah melihat ke arah Fartoh lalu berkata lirih, "Suleh, Tohhh!"
"Kenapa dengan Suleh?"
"Mati!", kata Ajik cepat.
"Hah! kok bisa?"
"Jatuh dari jendela," Ajik berkata lagi membuat Fartoh tambah bingung.
"Lha yang kirim sms ini sapa barusan?"
Fartoh melihat sms yang dikirim Suleh tertera 00.15.
Menurut kabar Suleh ditemukan tewas sejam yang lalu.
Menurut kabar Suleh ditemukan tewas sejam yang lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar