"Bacalah! Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan kamu! Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq: 1-5)."
Firman pertama muncul dengan perintah membaca. Bukan perintah shalat yang merupakan tiang agama dan ibadah yang menunjukkan pengabdian kepadaNya. Bukan pula perintah-perintah lain semisal puasa, zakat, dan berhaji, tapi perintah yang sederhana yaitu membaca.
Flashback kejadian adalah Rasulullah SAW sering menyepi karena kekalutan terhadap keadaan lingkungan yang penuh kezaliman. Hingga pada suatu malam turunlah malaikat Jibril dengan wujud aslinya yaitu bersayap nan indah bersinar begitu silaunya lalu menuntunnya membaca ayat-ayat yang sekaligus merupakan wahyu pertama mengangkat Muhammad sebagai utusan Allah.
Dan ayat merupakan simbol bahwa Allah memerintahkan umat muslim untuk selalu gemar membaca, menuntut ilmu, bahkan untuk mengetahui apa yang tidak diketahui.
Firman pertama muncul dengan perintah membaca. Bukan perintah shalat yang merupakan tiang agama dan ibadah yang menunjukkan pengabdian kepadaNya. Bukan pula perintah-perintah lain semisal puasa, zakat, dan berhaji, tapi perintah yang sederhana yaitu membaca.
Flashback kejadian adalah Rasulullah SAW sering menyepi karena kekalutan terhadap keadaan lingkungan yang penuh kezaliman. Hingga pada suatu malam turunlah malaikat Jibril dengan wujud aslinya yaitu bersayap nan indah bersinar begitu silaunya lalu menuntunnya membaca ayat-ayat yang sekaligus merupakan wahyu pertama mengangkat Muhammad sebagai utusan Allah.
Dan ayat merupakan simbol bahwa Allah memerintahkan umat muslim untuk selalu gemar membaca, menuntut ilmu, bahkan untuk mengetahui apa yang tidak diketahui.
Mendengar kata membaca mungkin pikiran kita langsung tertuju pada lembaran-lembaran kertas, tebalnya buku atau mushaf al-Qur'an, namun kalau direnungkan secara mendalam kegiatan membaca tidak sesempit hanya berkutat dengan buku dan kertas. Namun lebih luas adalah membaca keadaan lingkungan sekitar.
Membaca lingkungan sosial
Membaca lingkungan sosial berarti peka terhadap keadaan sekitar. Peka terhadap ketidak adilan, ketimpangan sosial dan kebobrokan moral. Membaca keadaan ini tentu membutuhkan sikap kritis dan dinamis dan tidak cuek bebek terhadap sosial budaya.
Membaca Masa Depan
Membaca Masa Depan
Membaca masa depan tidak serta merta timbul dengan sendirinya. Membaca masa depan bisa dilakukan dengan perenungan. Misalnya seseorang yang akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, dia perlu mempunyai kemampuan membaca masa depan. Semisal memilih jurusan yang cocok agar setelah keluar nanti bisa menerapkan keahlian dan disiplin ilmunya. Seorang Pebisnis harus mampu membaca pangsa pasar untuk meningkatkan jaringan bisnis. Bahkan orang tua harus peka membaca masa depan anak untuk menghadapi pesaingan dan godaan moral di masa depan.
Dua kegiatan membaca itulah yang sulit untuk dikerjakan daripada kegiatan implisit, membaca buku dan menyerap pengetahuan. Namun, membaca kehidupan dengan sudut pandang yang arif akan menumbuhkan manusia-manusia yang peduli terhadap sesama dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Penulis: Fadli Eha
Dua kegiatan membaca itulah yang sulit untuk dikerjakan daripada kegiatan implisit, membaca buku dan menyerap pengetahuan. Namun, membaca kehidupan dengan sudut pandang yang arif akan menumbuhkan manusia-manusia yang peduli terhadap sesama dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Penulis: Fadli Eha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar