Kamis, 22 Maret 2012

Gambaran Pegawai Bank Harian

| Kamis, 22 Maret 2012
Siang tadi sehabis ngajar, saya nongkrong di sebuah warung kopi untuk melepas lelah. Memesan kopi lalu sibuk dengan persiapan mengajar di Oxford sore hari.

Warung sepi. Hanya sekitar 3 orang. Itupun duduknya berjauhan. Tidak ada yang bercakap-cakap. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

Lalu datanglah seorang laki-laki. Memakai jaket kulit warna hitam. Di tangannya setumpuk kertas. Langsung bisa ditebak kalau orang ini adalah pegawai Bank Harian.

Nampak orang ini bisik-bisik dengan penjaga warung yang ternyata adalah anak dari yang punya warung. Katanya si punya warung sedang pergi.

Selepas orang itu pergi datanglah ibu-ibu yang ngomel-ngomel ke dalam warung. Ternyata orang ini juga pelanggan Bank Harian tadi.

"Huh, aku mau berhenti dari orang itu. Masak gak boleh libur bayar." sungutnya kepada penjaga warung.

"Iya, nih ku udah bayar. Masih disuruh bilang ke Ibu. Masih disuruh tanda tangan lagi." sambung si penjaga warung.

"Iya tadi kubilang kalau mau ganti ke Bank lain. Banyak Bank sekarang. Gak perlu orang itu tadi."

Duh, nih yang kasihan siapa ya? Pelanggan Bank Harian atau si pegawai Bank Harian itu? Miris banget mendengarnya.

Satu sisi si pelanggan membutuhkan pinjaman lunak untuk meneruskan usahanya. Lain sisi, si pegawai Bank hanya disuruh menagih uang yang sudah dipinjamkan.

Sebenarnya pinjaman pelanggan tidak begitu besar. Menurut info dari teman saya yang pegawai Bank Harian, rata-rata peminjam hanya berkisar di bawah Rp 300.000,-

Proses peminjaman adalah dengan mengurangi beberapa persen di depan dan membayar cicilan setiap harinya. Misalnya: anda ingin meminjam Rp 300.000, kemungkinan anda hanya menerima Rp 250.000. Setiap hari anda harus membayar Rp. 10.000 hingga 30 hari ke depan.

Dengan begitu anda mendapat pinjaman lunak, namun disisi lain anda harus mengembalikan uang lebih besar dari pada yang anda pinjam.

Sebagai orang netral, saya kasihan kepada keduanya. Kepada si pelanggan kasihan dicekik dengan bunga Bank Harian. Bagi si tukang tagih juga kasihan. Dia sering diomeli pelanggan. Bahkan sering ditinggal maen kucing-kucingan karena pelanggan tidak mau bayar tagihan.

Kalau anda ingin menjadi pegawai Bank Harian, pikir dululah masak-masak. Dari luar kelihatannya untungnya banyak. Tapi, tekanan psikologis dan mudhorotnya jauh lebih banyak.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar