Minggu, 18 September 2011

Teknik Ceramah Harus Dikurangi Atau Tinggalkan Sama Sekali

| Minggu, 18 September 2011
Teknik ceramah dalam proses pembelajaran cenderung membuat siswa bosan dan mengantuk. Siswa terlihat tidak antusias. Kalaupun ada yang antusias terhadap pelajaran, mungkin beberapa orang saja. Ada juga yang terpaksa harus terlihat antusias daripada dimarahi oleh guru pengajar.

Berkaca dari pengalaman, dulu saya sering mengantuk jika ada guru yang menerangkan pelajaran. Dia bicara tentang teori dari A sampai Z selama 60 menit. 10 menit pertama masih bisa konsentrasi. Namun, di atas 10 menit, pikiran mulai goyah. Lirik kanan kiri, mainan bolpoin, corat-coret kertas, bahkan kadang tidur di bangku hehehe...

Menurut saya ada beberapa hal yang membuat teknik ceramah tidak cocok diterapkan pada siswa. Diantaranya saya paparkan berikut ini:

1. Siswa cenderung pasif.
Selama proses belajar mengajar, siswa diminta duduk manis. Pasang telinga baik-baik. Dengarkan secara seksama. Catat yang perlu dicatat. Ini kurang baik bagi pelajar. Pelajar menjadi pasif. Hanya menunggu apa yang akan ia dapat. Dia tidak menjadi aktor yang terlibat secara fisik dan mental.

2. Siswa tidak banyak menguasai Mind Mapping.
Selama satu jam pelajaran guru berkata ini dan itu. Dia menjelaskan secara detil. Apakah nyantol? Mungkin siswa yang punya teknik mind mapping (baca: cara menyimpulkan dengan poin-poin tertentu) yang bagus bisa nyantol terhadap teori-teori tersebut. Tapi, murid yang biasa-biasa bagaimana? Yang terjadi akan seperti angin saja. Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.

3. Ceramah monoton.
Kalau saja model ceramah dilengkapi dengan media bantu yang menarik, pastinya tidak akan membosankan. Tapi, guru tradisional masih beranggapan ceramah adalah proses transfer. Padahal, faktanya itu adalah hal yang monoton. Sesuatu yang monoton mengarah pada kebosanan.

4. Siswa butuh praktek.
Guru masih beranggapan bahwa siswa adalah objek. Mereka cenderung memberi banyak petuah-petuah yang kadang ngelantur kemana-mana dan tidak ada hubungannya dengan pelajaran. 

Padahal siswa butuh sesuatu yang dinamis. Mereka ingin menjadi subjek yang bisa menerapkan apa yang mereka pelajari. Dengan teori ditunjang praktek, niscaya kemampuan siswa akan meningkat.

Lalu, apakah teknik ceramah harus ditinggalkan?  
Kalau ditinggalkan seratus persen mungkin tidak. Teknik ceramah masih bisa dilakukan tapi dengan porsi kecil. Teknik ceramah bisa saja dilakukan pada materi yang perlu penjelasan. Tentu saja penjelasan yang singkat dan padat. Tak perlu bertele-tele.

Related Posts

2 komentar:

  1. Sy setuju sekali pak. Bahkan seribu kali malah. He he he .... Apalagi pelajaran bhs. Inggris yang memang harus banyak berlatih. Nah, lewat blog bapak inilah saya banyak belajar. Thanks a lot, Sir.

    BalasHapus
  2. yap betul pak. dengan strategi dan metode mengajar yang menyenangkan, kemungkinan sukses belajar dan mengajar. salam

    BalasHapus