Kata sebagian orang, menulis itu hal yang membosankan, bikin capek, dan buang-buang waktu.
Mungkin ada benarnya. Menulis itu membosankan karena kita dituntut untuk duduk dan memainkan jari di atas keyboard atau menggerakkan pena di atas kertas. Bikin capek karena membutuhkan energi untuk menggerakkan salah satu organ tubuh bahkan otak ikut mengeluarkan daya yang juga menguras energi. Buang-buang waktu karena menit demi menit berjalan kemudian berubah jadi jam sementara kita masih duduk di depan komputer atau di atas meja dengan lembaran kertas penuh tulisan sedangkan orang lain bergerak kesana kemari menghasilkan sesuatu yang lebih berguna.
Dari sudut pandang sempit, menulis memang tidak begitu kentara manfaatnya. Namun jika dikaji lebih mendalam kita bisa menemukan beberapa manfaat menulis.
Dari sudut pandang sempit, menulis memang tidak begitu kentara manfaatnya. Namun jika dikaji lebih mendalam kita bisa menemukan beberapa manfaat menulis.
Otak tidak tumpul
Menulis itu tidak hanya menggerakkan jari tangan namun lebih jauh juga menggerakkan otak. Secara alamiah otak memberi sinyal kepada tangan untuk menuliskan apa yang ada. Dari itulah otak seakan melakukan senam sehingga semakin tajam dan tidak beku.
Melatih Kesabaran
Kalil Gibran adalah seorang penulis terkenal yang telah menulis begitu banyak buku-buku yang indah dan menimbulkan inspirasi bagi seluruh umat. Hasil karyanya adalah buah kesabarannya melukis di atas kertas selama bertahun-tahun sehingga menarik perhatian dunia dan menjadi fenomena tersendiri. Andai Kalil Gibran tak sanggup bersabar, maka tak akan ada maha karya agung yang membelalakkan dunia itu. Sebutlah "Sang Nabi dan Sayap-sayap Patah" yang menjadi inspirasi penciptaan lagu oleh beberapa musisi tanah air.
Membangun Interaksi tidak langsung
Menulis hampir sama dengan bertutur. Tentu saja menuturkannya melalui media berbeda yakni tulisan. Menulis seperti melakukan dialog tidak langsung dengan pembaca. Dengan begitu, ada kemungkinan jaringan sosial penulis menjadi semakin luas dengan banyaknya pembaca tulisan. Ditambah dengan kemudahan akses terhadap tulisan yang dari tahun ke tahun semakin melenakan para pembaca. Misalnya melalui media internet yang jaringannya sudah mencapai setengah dari penduduk dunia. Tentu saja menambah link yang untuk meningkatkan popularitas.
Belajar Introspeksi
Belajar Introspeksi
Ada beberapa kegiatan yang harusnya dilakukan oleh seorang penulis sebelum mempublikasikan tulisan. Pertama, mengembangkan ide. Kedua, proses penulisan draft. Ketiga, proses editing yang bisa dilakukan berkali-kali dan terakhir proses posting.
Menulis bisa dikatakan belajar introspeksi dengan proses editing. Dengan mengedit berarti kita belajar melihat kesalahan kemudian melakukan perbaikan, Meneliti hasil produk dan mengurangi kelemahan-kelemahan agar mampu menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Apalagi proses editing dilakukan berkali-kali maka dijamin hasil tulisan menjadi semakin jernih dan enak untuk dinikmati. Walau tidak semua penulis melakukannya namun proses editing sangat bermanfaat untuk selalu bersikap hati-hati dalam melakukan sesuatu.
Demikian manfaat menulis bagi manusia.
Penulis: Fadli Eha
Menulis bisa dikatakan belajar introspeksi dengan proses editing. Dengan mengedit berarti kita belajar melihat kesalahan kemudian melakukan perbaikan, Meneliti hasil produk dan mengurangi kelemahan-kelemahan agar mampu menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Apalagi proses editing dilakukan berkali-kali maka dijamin hasil tulisan menjadi semakin jernih dan enak untuk dinikmati. Walau tidak semua penulis melakukannya namun proses editing sangat bermanfaat untuk selalu bersikap hati-hati dalam melakukan sesuatu.
Demikian manfaat menulis bagi manusia.
Penulis: Fadli Eha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar