Minggu, 26 Juni 2011

Bedanya Pendapat Subjektif dan Objektif

| Minggu, 26 Juni 2011
Mengeluarkan pikiran atau pendapat adalah hak asasi manusia. Karena hak asasi inilah kebebasan berpendapat mendapat apresiasi yang tinggi dalam masyarakat.

Dalam prakteknya kebebasan berpendapat ini terbagi yakni pendapat subjektif dan objektif. Apa perbedaannya?

Pendapat Subjektif

Pendapat ini cenderung menilai sesuatu berdasarkan personal atau individunya. Pendapat subjektif cenderung mengedepankan emosional daripada logika dan kenyataan.

Contoh:
Pak Zarkasyi adalah seorang dosen di sebuah perguruan tinggi. Setiap akhir semester Pak Zarkasyi memberikan nilai A bagi mahasiswa yang ia kenal dengan baik. Selain itu mahasiswi yang tergolong cantik juga mendapat nilai A. Sedangkan mahasiswa yang suka mendebat dia di ruang kuliah maksimal dapat B walaupun hasil ujiannya bagus.

Dalam contoh di atas, pak dosen telah bertindak subjektif. Dia menilai sesuatu berdasarkan pandangan pribadi dan mengabaikan data pendukung dan fakta di lapangan.

Ada banyak contoh lain dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya, pejabat selalu didengarkan pendapatnya, sementara pendapat tukang becak diabaikan. Anak kecil dianggap sok tahu, sedangkan orang tua dianggap pasti benar pendapatnya. Itu semua merupakan pandangan subjektif. 

Pendapat Objektif

Pendapat ini lebih mengutamakan data dan realita yang ada. Pendapat objektif mengesampingkan pandangan personal. Pendapat ini jauh dari emosional dan individualistik.

Contoh:
Pak Taufik memberi kesaksian bahwa Pak Susilo tidak bersalah atas pembunuhan rekan kerjanya. Pak Taufik mengatakan kalau dia ingat Pak Susilo dan dirinya tengah melakukan debat politik di salah satu stasiun televisi swasta saat peristiwa pembunuhan terjadi. Pak Taufik memang berbeda partai dengan Pak Susilo. Tapi dalam hal ini dia tetap ingin membela kebenaran.

Dalam contoh di atas Pak Taufik telah bertindak objektif. Walaupun Pak Susilo adalah lawan politiknya, dia bersedia membela sesuai fakta yang ada.

Contoh lainnya, seorang Polisi menilang anaknya yang tertangkap tak memakai helm. Ada juga seorang ayah menghukum anaknya walaupun ia menjadi tulang punggung keluarga.

Manakah yang lebih baik? Pendapat subjektif atau objektif? Itu adalah hak anda menentukan. Saya hanya menuliskan yang saya tahu.

Sekian,
Fadli Eha

Related Posts

2 komentar: